Selasa, 08 Oktober 2013

Sejarah Kota Kolaka (Wonua Mekongga)



Hai sobat blogger dimanapun anda berada, mari kita baca kutipan saya (ARJUNA BASMAN) berikut tentang sejarah lahirnya kota tercinta saya yaitu, KOLAKA (WONUA MEKONGGA), dibawahki baca dii....!!!!

Kota Kolaka

Sekali peristiwa dinegeri sorume, yang kini bernama negeri kolaka, terjadi suatu kejadian besar yang mengacaukan penduduk. Maka dari itu, penduduk negeri itu menjadi takut untuk pergi kemana-mana, mencari nafkah pun mereka tidak berani, bahkan keluar rumah saja mereka enggan, yang mereka takutkan adalah burung garuda. Burung garuda itu biasanya menyambar kerbau lalu diterbangkannya, bahkan setiap hari burung itupun makan kerbau, sehingga lama kelamaan kerbaupun habis dimakannya.
  Sesudah kerbau habis, burung garuda beralih perhatiannya kepada manusia. Setiap merasa lapar, dia turun kebumi menyambar orang satu persatu,  itulah sebabnya penduduk negeri sorume menjadi resah, terutama penduduk yang mau melewati padang luas, padang luas itu terkenal dengan nama padang luas Bende, disitu merupakan sentral lalulintas manusia, namun,, karena  mangsa burung garuda itu adalah manusia, maka tak seorang pun yang berani melewati lagi tempat itu....
   Pada saat mereka tertimpa musibah, terdengarlah kabar dari negeri Kolumba yang kini dinamakan Balandete, bahwa ada orang yang cerdik pandai dari negeri kayangan, Larumbalangi namanya. Ia mempunyai sebilah keris dan selembar sarung. Sarung itulah yang digunakan sebagai alat terbangnya.
   Setelah mendengar berita itu, beberapa penduduk diutus kenegeri Kolumba untuk menemui Larumbalangi, pada saat itu mereka diterima, kemudian menceritakan hal ihwalnya kepada larumbalangi, mereka menyampaikan kepadanya bahwa, negeri mereka sedang terjadi musibah, yakni banyak korban akibat ganasnya burung garuda tersebut.
   Setelah mendengar laporan dari utusan itu, larumbalangi tersenyum simpul, seraya menyuruh mereka untuk kembali, 
   “ kalian jangan khawatir dengan keadaan itu, pergilah kalian mengambil buluh yang tua, kemudian buatlah bambu runcing sebanyak-banyaknya, kemudian carilah manusia yang berani  dan kuat sebagai umpan burung garuda tersebut, disekeliling manusia kuat itu, pasangkan tombak atau bambu runcing, pagarilah dengan ranjau.” Perintah larumbalangi.
  Mereka segera pulang. Sampai dinegerinya, mereka mulai memanggi semua laki-laki itu ialah untuk mencari siapa yang kuat dan berani mengahadapi burung garuda. Diantara sekian ribu lelaki, hanya seorang yang cocok dengan pesan larumbalangi tadi lelaki itu bernama Tasaeha yang berasa dari negeri Loeya.
 Setelah dipasang, tak lama kemudian tiba-tiba langit menjadi mendung, itu tandanya burung garuda sedang mengintai mangsanya. Manusia dipadang luas bende, baru saja mengintai, terlihat olehnya manusia berada ditengah padang luas, sungguh senang hati burung garuda itu.
 Dengan ancan-ancang yang tepat turunlah ia manyambar Tasaeha, tetapi burung itu tertusuk badannya pada tombak, tasaeha juga dengan cekatan,
Dengan sasaran yang tepat, Tasahea menombak burung garuda dan melemparkan tombaknya tepat mengenai sasaran, sang garuda merasa kesakitan dan akhirnya ia terbang terkapak-kapak. Darahnya muncrat keluar sehingga berhamburan dibumi ini, burung garuda terbang menuju pomalaa dengan melewati ladongi, amesiu, malili, pulau maniang, dan akhirnya jatuh diatas gunung mekongga.
    Tanah yang terkena darah burung itu semuanya menjadi merah.  Sedangkan tanah yang terkena darahnya yang bergumpal-gumpal menjadi merah merah kehitam-hitaman dan berbentuk batu nikel,
    Setelah 7 malam burung garuda itupun mati, bangkainya mengeluarkan bau yang sangat busuk, akibatnya banyak orang yang menderita sakit perut dan akhirnya meninggal. Akibat bangkai burung garuda itu, semua sungai, daun-daun, dan kayu mengandung ulat, selanjutnya banyak orang yang kelaparan dan banyak yang meninggal.
    Untuk mengatasi musibah ini, mereka pergi menemui larumbalangi lagi, ada beberapa orang penduduk yang diutus untuk bertemu dengannya, setelah bertemu dengan larumbalangi, para utusan itu menceritakan hal ihwalnya kepadanya.
    Larumbalangi pun berdoa kepada tuhan agar hujan turun, doanya terkabul. Pada waktu itu hujan pun turun sampai 7 hari 7 malam, semua anak sungai menjadi banjir, sehingga ulat-ulat itupun habis terbawa banjir, begitu pula tulang belulang burung garuda itu dihanyutkan oleh air sungai itu ke laut. banyak ikan dan batu karangnya, sedangkan gunung tempat matinya burung garuda tersebut, kini dinamakan Mekongga, artinya, gunung tempat matinya elang besar atau garuda. Sedangkan sungai besar tempat hanyutnya tulang belulang burung garuda tersebut dinamakan Lamekongga, artinya, membawa hanyut tulang elang. Sekarang negeri sorume diganti namanya negeri mekongga.
      Kini mekongga menjadi aman. Larumbalangi dilantik menjadi tokoh dan pemimpin negeri mekongga. Wilayahnya terdiri atas tujuh wilayah yang dinamakan bagian pemerintahan “to’onomotuo” yang pada waktu itu statusnya sebagai “tobu”.


KESIMPULAN
Hingga saat ini cerita burung garuda ini masih hidup dikalangan masyarakat secara meluas.
Cerita ini menggambarkan sifat-sifat kesatria dengan keberaniannya dalam menghadapi suatu kesulitan.
   Dalam cerita ini tampak usaha-usaha penduduk negeri untuk mengatasi tragedi yang diakibatkan oleh ganasnya burung garuda.
     Selain itu, didalamnya terkandung pula nilai ketuhanan, hal ini tampak ketika penduduk negeri itu ditimpah musibah penyakit dan kelaparan, ketika itu larumbalangi berdoa untuk memohon kepada yang maha kuasa, agar penduduk negeri terhindar dari musibah.

From : CERITA RAKYAT DARI SULAWESI TENGGARA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar