Hai sobat blogger dimanapun anda berada, mari kita baca kutipan saya (ARJUNA BASMAN) berikut tentang sejarah lahirnya kota tercinta saya yaitu, KOLAKA (WONUA MEKONGGA), dibawahki baca dii....!!!!
Sekali peristiwa dinegeri
sorume, yang kini bernama negeri kolaka, terjadi suatu kejadian besar yang
mengacaukan penduduk. Maka dari itu, penduduk negeri itu menjadi takut untuk pergi
kemana-mana, mencari nafkah pun mereka tidak berani, bahkan keluar rumah saja
mereka enggan, yang mereka takutkan adalah burung garuda. Burung garuda itu
biasanya menyambar kerbau lalu diterbangkannya, bahkan setiap hari burung
itupun makan kerbau, sehingga lama kelamaan kerbaupun habis dimakannya.
Sesudah kerbau habis, burung garuda beralih
perhatiannya kepada manusia. Setiap merasa lapar, dia turun kebumi menyambar
orang satu persatu, itulah sebabnya
penduduk negeri sorume menjadi resah, terutama penduduk yang mau melewati
padang luas, padang luas itu terkenal dengan nama padang luas Bende, disitu merupakan sentral
lalulintas manusia, namun,, karena
mangsa burung garuda itu adalah manusia, maka tak seorang pun yang
berani melewati lagi tempat itu....
Pada saat mereka tertimpa musibah, terdengarlah
kabar dari negeri Kolumba yang kini
dinamakan Balandete, bahwa ada orang
yang cerdik pandai dari negeri kayangan, Larumbalangi
namanya. Ia mempunyai sebilah keris dan selembar sarung. Sarung itulah yang
digunakan sebagai alat terbangnya.
Setelah mendengar berita itu, beberapa
penduduk diutus kenegeri Kolumba untuk menemui Larumbalangi, pada saat itu
mereka diterima, kemudian menceritakan hal ihwalnya kepada larumbalangi, mereka
menyampaikan kepadanya bahwa, negeri mereka sedang terjadi musibah, yakni
banyak korban akibat ganasnya burung garuda tersebut.
Setelah mendengar laporan dari utusan itu,
larumbalangi tersenyum simpul, seraya menyuruh mereka untuk kembali,
“ kalian jangan khawatir dengan keadaan itu,
pergilah kalian mengambil buluh yang tua, kemudian buatlah bambu runcing
sebanyak-banyaknya, kemudian carilah manusia yang berani dan kuat sebagai umpan burung garuda
tersebut, disekeliling manusia kuat itu, pasangkan tombak atau bambu runcing,
pagarilah dengan ranjau.” Perintah larumbalangi.
Mereka segera pulang. Sampai dinegerinya,
mereka mulai memanggi semua laki-laki itu ialah untuk mencari siapa yang kuat
dan berani mengahadapi burung garuda. Diantara sekian ribu lelaki, hanya
seorang yang cocok dengan pesan larumbalangi tadi lelaki itu bernama Tasaeha yang berasa dari negeri Loeya.
Setelah dipasang, tak lama kemudian tiba-tiba
langit menjadi mendung, itu tandanya burung garuda sedang mengintai mangsanya.
Manusia dipadang luas bende, baru saja mengintai, terlihat olehnya manusia
berada ditengah padang luas, sungguh senang hati burung garuda itu.
Dengan ancan-ancang yang tepat turunlah ia
manyambar Tasaeha, tetapi burung itu tertusuk badannya pada tombak, tasaeha
juga dengan cekatan,
Dengan
sasaran yang tepat, Tasahea menombak burung garuda dan melemparkan tombaknya tepat
mengenai sasaran, sang garuda merasa kesakitan dan akhirnya ia terbang
terkapak-kapak. Darahnya muncrat keluar sehingga berhamburan dibumi ini, burung
garuda terbang menuju pomalaa dengan melewati ladongi, amesiu, malili, pulau
maniang, dan akhirnya jatuh diatas gunung mekongga.
Tanah yang terkena darah burung itu
semuanya menjadi merah. Sedangkan tanah yang
terkena darahnya yang bergumpal-gumpal menjadi merah merah kehitam-hitaman dan
berbentuk batu nikel,
Setelah 7 malam burung garuda itupun mati,
bangkainya mengeluarkan bau yang sangat busuk, akibatnya banyak orang yang
menderita sakit perut dan akhirnya meninggal. Akibat bangkai burung garuda itu,
semua sungai, daun-daun, dan kayu mengandung ulat, selanjutnya banyak orang yang
kelaparan dan banyak yang meninggal.
Untuk mengatasi musibah ini, mereka pergi
menemui larumbalangi lagi, ada beberapa orang penduduk yang diutus untuk
bertemu dengannya, setelah bertemu dengan larumbalangi, para utusan itu
menceritakan hal ihwalnya kepadanya.
Larumbalangi pun berdoa kepada tuhan agar
hujan turun, doanya terkabul. Pada waktu itu hujan pun turun sampai 7 hari 7
malam, semua anak sungai menjadi banjir, sehingga ulat-ulat itupun habis
terbawa banjir, begitu pula tulang belulang burung garuda itu dihanyutkan oleh
air sungai itu ke laut. banyak ikan dan batu karangnya, sedangkan gunung tempat
matinya burung garuda tersebut, kini dinamakan Mekongga, artinya, gunung tempat matinya elang besar atau garuda. Sedangkan
sungai besar tempat hanyutnya tulang belulang burung garuda tersebut dinamakan Lamekongga, artinya, membawa hanyut
tulang elang. Sekarang negeri sorume diganti namanya negeri mekongga.
Kini mekongga menjadi aman. Larumbalangi
dilantik menjadi tokoh dan pemimpin negeri mekongga. Wilayahnya terdiri atas
tujuh wilayah yang dinamakan bagian pemerintahan “to’onomotuo” yang pada waktu itu statusnya sebagai “tobu”.
KESIMPULAN
Hingga
saat ini cerita burung garuda ini masih hidup dikalangan masyarakat secara
meluas.
Cerita
ini menggambarkan sifat-sifat kesatria dengan keberaniannya dalam menghadapi
suatu kesulitan.
Dalam cerita ini tampak usaha-usaha penduduk
negeri untuk mengatasi tragedi yang diakibatkan oleh ganasnya burung garuda.
Selain itu, didalamnya terkandung pula
nilai ketuhanan, hal ini tampak ketika penduduk negeri itu ditimpah musibah
penyakit dan kelaparan, ketika itu larumbalangi berdoa untuk memohon kepada
yang maha kuasa, agar penduduk negeri terhindar dari musibah.
From
: CERITA RAKYAT DARI SULAWESI TENGGARA.